Lagu-Lagu yang Jadi Cermin: Kenalan Sama Baskara Lewat Album ‘Menari dengan Bayangan’

Sumber gambar : hai.grid.id diakses 28 Maret 2025

Daniel Baskara Putra atau yang biasa akrab dipanggil dengan Baskara menggunakan nama
panggung yang dikenal sebagai Hindia. Kota Jakarta menjadi tempat lahir Baskara pada
tanggal 22 Februari 1994 yang praktis sekarang berumur 28 tahun. Dia adalah lulusan atau
alumni dari jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia. Baskara juga merupakan anak ke-3 dari tiga bersaudara.
Baskara tumbuh dari keluarga yang bisa dibilang aktif dibidang lagu. Sejak ia kecil, Baskara
sudah menunjukkan bahwa ia mempunyai keinginan untuk menjadi seorang penyanyi.
Hingga pada akhirnya, la mewujudkan salah satu impiannya tersebut diawali dengan
membentuk sebuah grup band bersama dengan teman-temannya pada saat dibangku sekolah
jenjang SMP. Ketika ia berada pada bangku perkuliahan, Baskara menjadi semakin tekun
dalam mendalami dunia musik yaitu dengan terbentuknya grub band .Feast, dimana di grup
band itu ia dan rekan-rekannya bisa tampil di atas panggung meskipun hanya sebatas di acara
kegiatan kampusnya.

Hindia atau Baskara mulai ramai menjadi buah bibir sekitar awal tahun 2019. Dan menjadi
semakin banyak dikenal oleh banyak orang ketika salah satu lagunya yang menjadi
soundtrack pada film NKCTHI (Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini) yang sempat booming
diawal-awal tahun 2020. Baskara mulai merintis kariernya dari tahun 2012 sebagai vokalis
grup band .Feast, pun pada tahun 2018, ia memutuskan untuk menjadi seorang penyanyi solo.
Hal tersebut dipilih Baskara bukan tanpa alasan. Keputusannya untuk memulai karier sebagai
penyanyi solo disebabkan lagu-lagunya yang berada di Hindia dengan bergenre lagu indie ini
merupakan terapi untuk dirinya sendiri selain itu ia juga ingin lebih menyalurkan aspirasi
tentang cerita personal pribadinya yang relevan dengan kalangan anak muda

Para penggemarnya banyak yang menanyakan alasan mengapa Baskara tidak menggunakan
nama aslinya, melainkan lebih memilih untuk dipanggil dengan Hindia sebagai nama
panggungnya. Hal tersebut dikarenakan ia suka dengan kata “Hindia” itu sendiri, dan juga
karena Baskara lebih dahulu memulai karirnya dengan grup band .Feast. Sehingga nama
Baskara digunakan pada saat ia berada menjadi vokalis band .Feast. Alasan lain yang menjadi
pemilihan Hindia sebagai nama panggung yaitu karena Baskara mengidolakan seorang
pelukis pada abad pertengahan bernama Raden Saleh, dimana pada lukisan-lukisannya itu
bertuliskan Hindia-Belanda. Baskara pun pernah menulis tentang alasan mengapa memilih
nama Hindia, ia menuliskan “Saya senang mendengarkan. Hindia diciptakan karena saya

menemukan mata udara pribadi saya disini, lebih besar dari oase, lebih ganas dari sungai,
lebih dalam dari danau. Beberapa alasan yang saling beririsan tersebut, akhirnya membuat
Baskara merasa bahwa nama Hindia itu adalah sebuah amanah yang diberikan kepadanya
untuk menghasilkan sebuah karya. Salah satunya yaitu album Menari Dengan Bayangan,
yang didalamnya terdapat beberapa single lagu, seperti: Evakuasi. Wejangan Mama, Besok
Mungkin Kita Sampai. Delhidrasi. Apapun Yang Terjadi. Jam Makan Siang, Untuk Apa
Untuk Apa, Voice Note Anggra Secukupnya. Membasuh, Belum Tidur, Mata Air, Rumah Ke
Rumah, Wejangan Caca, Evaluasi.

Album Menari Dengan Bayangan
Album pertama milik Hindia ini diberi nama Menari Dengan Bayangan ini terdiri atas 15
lagu serta 3 skit atau percakapan oleh orang-orang terdekat sang pencipta lagu yaitu Baskara.
Sangat berbeda dengan di band .Feast yang seakan-akan ada salah satu lagunya yang menjadi
motor penggerak aksi massa pada kalangan mahasiswa, di Hindia ini Baskara malah
menghadirkan sebagai sesosok manusia yang biasa-biasa saja, yang punya rasa lelah, rasa
cemas, rasa tertekan bahkan sampai punya rasa depresif. Pada album perdananya ini Hindia
menjalin kerja sama dengan para produser musik yang bisa dibilang sering di bawa oleh
beberapa musisi indie di Indonesia, diantaranya adalah Ibnu Dian, Petra Sihombing. Adhe
Ario, Rizky Indrayadi, Yosugi. Rayhan Noor, Wisnu Ikhsantama.
Pada album ini, kontemplasi yang digambarkan Hindia mengadopsi dari problematika atau
permasalahan pada kehidupan yang bisa dibilang sangat melekat dengan kita semua sebagai
umat manusia. Namun pada lagu-lagu Hindia, bukan termasuk lagu-lagu yang terbilang
kontra dengan semua itu. Justru pada lirik serta lagu yang digarap oleh Hindia seringkali
diibaratkan sebagai obat yang menenangkan pendengarnya, sebagai teman yang datang pada
saat-saat patah atau menyerah lalu seakan-akan lagu itu mengucapkan kepadamu, “sudah tak

apa, kamu itu tidak sendirian, kok. Jangan menyerah ya!.” Seperti itu kurang lebihnya pesan-
pesan yang ingin diutarakan oleh Hindia sehingga kegelisahan dari para pendengarnya jadi

merasa terwakilkan dan tersampaikan melalui lirik-lirik dari lagu lagu Hindia.
Single “Evakuasi” menjadi lagu pembuka yang pantas pada album ini. Hiruk-pikuk dari
masyarakat urban menjadi sebuah tujuan utama yang cukup menggelisahkan bagi seorang
Hindia. Dia terlihat begitu cemas, muram, sekaligus pasrah. Seolah-olah mencoba bangun dari
kesedihan, Lagu single “Besok Mungkin Kita Sampai” pun kembali dengan menyampaikan
problematika atau permasalahan anak-anak muda yang masih diombang-ambingkan nasib
yang kurang baik. Tetapi sering kali dihadapi oleh tuntutan hidup dari banyak aspek
kehidupan. Lagu ini digarap dengan membawa nada-nada yang terkesan optimistis namun

tetap saja masih terdengar pasrah dan cemas khas Hindia.
Selanjutnya ada single “Jam Makan Siang”, “Dehidrasi”, “Untuk apa/Untuk apa?”, apabila
ketiganya disambungkan secara makna tentu saja akan menjadi suatu lagu yang tepat sebagai
teman untuk menemani jam makan siang, seakan-akan seperti bentuk obrolan dengan teman
atau rekan yang membahas sebuah hubungan, impian-impian yang sempat sirna, bahkan juga
membahas segala kejenuhan tentang aktivitas apa yang selama ini sedang dilakukan.
Memiliki perbedaan dengan lagu-lagu Hindia yang sebelumnya yang lebih menyampaikan
tema tentang suasana pada kesibukan kegiatan sehari-hari yang sering terjadi dari pagi hari
hingga pada sore hari, pada lagu selanjutnya ini Hindia memberikan unsur suasana pada
malam hari seperti ketika sedang beristirahat atau yang lebih dikenal dengan istilah
overthinking time atau pada jam-jam yang bisa dibilang rawan overthinking, single
“Secukupnya”, yang unjuk gigi pada film Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini seolah
membangunkan kita terhadap hal-hal buruk itu pasti terjadi, pemikiran yang negatif pun pasti
akan muncul serta semua umat manusia pun bisa mengalami hal yang serupa. Hindia ingin
mengutarakan kepada para pendengarnya jikalau merasa sedih dan lelah itu adalah sebuah
kewajaran yang pasti akan dihadapi dan dirasakan oleh setiap manusia, tetapi jangan sampai
kita terlalu larut didalam kesedihan itu sendiri karena kita akan masih menghadapi hari esok
serta hari-hari selanjutnya yang akan menanti kita untuk melewatinya.
Perasan optimis ini pun kembali tampak pada beberapa lagu terakhir didalam album Menari
Dengan Bayangan. Yaitu lagu “Rumah ke Rumah” yang maknanya membahas tentang
perpindahan hati yang pernah bersinggah pada seseorang, rumah didalam lagu Ini
dianalogikan sebagai hati atau sesuatu yang pasti dan wajar terjadi di berbagai apapun
kondisinya harus tetap diberikan apresiasi.
Ada juga lagu dengan judul “Membasuh” yang menggaet mantan vokalis dari band indie yang
bernama Banda Neira, yaitu Rara Sekar. Single ini pun hadir sebagai bentuk keikhlasan yang
paling tinggi, bahwa walaupun sedang merasa kekurangan tetapi sebisa mungkin harus tetap
memberi. Lalu muncullah lagu “Mata Air” sebagai sebuah lagu pengingat jikalau hidup itu
bukanlah arena balap maupun jalan raya, oleh karena itu didalam hidup tidak perlu untuk
saling mendahului dalam perjalanannya, semua sudah ada porsinya.

Evaluasi (Album Menari Dengan Bayangan)

Evaluasi adalah single pertama Hindia yang masuk kedalam album “Menari Dengan
Bayangan”. Tanggal 2 Mei 2019 single ini dirilis kedalam bentuk audio lirik tanpa video klip.
Tetapi pada tanggal 6 April 2020, Hindia merilis video klip lagu Evaluasi melalui platform
YouTube pada Channel Sun Eater.

Sebagai fans Hindia, dengerin Menari dengan Bayangan tuh bener-bener kayak ngerasain

rollercoaster emosional. Albumnya itu nggak cuma jadi teman dengerin di kamar pas malam-
malam sepi, tapi juga kayak nyuarain isi kepala yang sering nggak bisa dijelasin sendiri.

Lagu-lagu kayak Secukupnya atau Evaluasi tuh rasanya nusuk, tapi juga menenangkan.
Mereka ngajarin buat berdamai sama diri sendiri, buat pelan-pelan nerima kenyataan tanpa
harus kehilangan arah. Sementara Dehidrasi atau Rumah ke Rumah tuh kayak surat terbuka
buat semua orang yang lagi nyari arti atau pegangan hidup, apalagi di usia-usia yang serba
nanggung.
Yang paling gue suka dari album ini sih, Hindia tuh kayak nggak sok ngasih solusi. Dia jujur,
rapuh, tapi real. Kayak bilang, “Gue juga bingung, tapi kita bisa sama-sama jalanin.” Itu yang
bikin album ini dalem banget dan personal.
Buat gue, Menari dengan Bayangan bukan cuma album — tapi proses tumbuh, patah, dan
belajar nerima diri. Dan gue rasa itu juga kenapa banyak orang bisa banget relate. Rasanya
kayak punya teman yang ngerti, meskipun cuma dari lirik dan suara.


Didalam video klip terbarunya itu, ada beragam video yang isinya mendokumentasikan
aktifitas-aktifitas sehari-hari yang biasa dilakukan oleh orang-orang pada umumnya. Netizen
yang mengirimkan langsung footage video-video itu kepada Hindia yang diambil pada hari
Jumat. 22 November 2019 lalu melalui sayembara yang diadakan oleh Hindia.
Baskara Putra atau Hindia yang tergabung juga kedalam band .Feast yang dikenal dengan
lagu-lagunya yang berlirik sarkas, berapi-api penuh dengan amarah, tetapi pada proyek
solonya ini, Hindia, seperti contohnya lagu Evaluasi. luapan-luapan sarkas yang terkesan
keras itu justru seakan-akan sirna. Terlihat pada liriknya, lagu Evaluasi ditampilkan dengan
segar yang cenderung lebih tenang, santai dan dengan mengutarakan pesan positif yang bisa
membuat jiwa pendengarnya menjadi tentram dan tenang.
Single Evaluasi ini sendiri digarap dan ditulis oleh Baskara Putra dimana didalam lirik ini
mengungkapkan rasa penatnya dalam menjalani rutinitas kehidupan selama satu atau bahkan
hingga dua tahun kebelakang ini. Walaupun begitu, lagu Evaluasi ini cukup berhubungan dan
bisa dibilang cukup mewakili perasaan kaum muda, karena pada lagu yang cenderung santai
inipun mempunyai pesan-pesan yang positif serta sesuai dengan permasalahan kaum milenial
pada Jaman sekarang.
Pendengar lagu ini pun seakan akan turut serta mencurahkan isi hatinya saat mendengar lagu
Evaluasi, terutama pada liriknya yang berbunyi “Ini belum separuhnya, biasa saja, kamu tak
apa” mempunyai pesan supaya kita bisa tetap santai serta selalu bersyukur saat menghadapi
masalah yang sedang dialami. merenungkan kehidupan yang terus berjalan dan tidak tahu
akhirnya akan bagaimana dan menjadi seperti apa.
Pada lagu ini kita pun diajak agar selalu mengevaluasi tentang kehidupan, dan liriknya seakan
membuat kita tersadar jikalau segala lika-liku kehidupan yang sungguh berat itu bisa kita
lewati, jikalau kesulitan itu pasti akan kita temui serta tidak kita jalani sendiri.

Reporter:Izzan Muhammad Musa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *