Bandar Lampung, 25 Mei 2025 — Rencana Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk
membangun kereta gantung bernilai Rp2,5 triliun bekerja sama dengan investor asal Tiongkok
mulai menuai reaksi beragam dari masyarakat. Tidak sedikit warga yang mempertanyakan
urgensi dan prioritas proyek tersebut, di tengah masih banyaknya persoalan mendasar yang
belum terselesaikan.
Beberapa warga mengungkapkan keprihatinannya terkait infrastruktur dasar kota yang belum
memadai. Jalan rusak, banjir musiman, dan pengelolaan sampah yang dinilai belum optimal
menjadi alasan utama sebagian masyarakat merasa proyek kereta gantung belum layak untuk
dijalankan saat ini.
“Kalau untuk wisata, boleh-boleh saja. Tapi lihat dulu kondisi kota kita. Banyak jalan
berlubang, Banjir masi dimana mana, bahkan puskesmas pun masih kekurangan fasilitas. Ini
harusnya jadi prioritas,” ujar Linda, seorang warga Way Halim.
Kekhawatiran juga muncul dari kalangan pecinta lingkungan. Proyek yang direncanakan akan
melintasi kawasan pesisir dan menuju sebuah pulau dinilai berpotensi mengganggu ekosistem
laut. Mereka menuntut kajian lingkungan yang transparan sebelum proyek dimulai.
“Kami belum tahu pulau mana yang jadi tujuan kereta gantung itu. Kalau itu wilayah
konservasi atau punya nilai ekologis tinggi, maka bisa jadi malah merusak,” kata Ahmad,
pegiat lingkungan dari Komunitas Hijau Teluk.
Tak hanya itu, skema kerja sama 50:50 antara Pemkot dan pihak investor pun menjadi sorotan.
Beberapa tokoh masyarakat meminta agar detail kontrak dipublikasikan kepada publik demi
menjaga transparansi dan akuntabilitas.
“Kami khawatir kalau tidak transparan, ini justru akan membebani APBD atau malah
menguntungkan investor semata,” ujar Budi Raharjo, akademisi dari Universitas Lampung.
Selain isu teknis dan lingkungan, kekhawatiran juga muncul dari pelaku usaha lokal. Mereka
cemas bahwa kehadiran proyek besar akan mendisrupsi usaha kecil-menengah yang selama ini
menopang pariwisata lokal.
Meski demikian, Pemerintah Kota tetap menyatakan bahwa proyek ini bertujuan untuk
mengangkat potensi wisata Bandar Lampung ke kancah internasional. Namun suara
masyarakat yang kritis terhadap arah pembangunan ini menunjukkan pentingnya keterlibatan
publik dalam perencanaan kota yang inklusif dan berkelanjutan.
Reporter:Herlin Dea Pradika